HALO! Selamat datang di nomnom blog

Salam kenal semuanya! (●'◡'●)

Baca lebih lanjut Contact

Recent Post

Beralih ke Menstrual Pad (Pembalut Kain)

Setelah sekian lama berniat mengurangi sampah pembalut dalam rangka less waste-lifestyle, akhirnya, pada bulan Agustus 2020, aku memutuskan untuk membeli menstrual pad atau pembalut kain. 

Menstrual pad merek BabyOz


Sebelum beralih ke menstrual pad, ada beberapa hal yang aku pikirkan dan pertimbangkan (yang mungkin kalian rasain juga)

1. Males dan ribet
Iya, males dan ribet. Kata ini pasti jadi kata yang pertama kali terpikirkan oleh seseorang kalau disuruh pakai menstrual pad.
“Duh, kebayang deh malesnya nyuci menstrual pad setiap mau ganti pembalut.”
“Nyucinya ribet gak ya? Nodanya gampang hilang gak ya?”
2. Harga
Untuk mahasiswa (yang belum punya penghasilan dan merantau), urusan harga adalah nomor satu. Harga menstrual pad yang berkisar mulai dari belasan ribu sampai puluhan ribu, tergantung bahan dan panjang kain, seringkali jadi penghalang. 

Menstrual pad yang aku taksir adalah merk Baby Oz. Menstrual pad ini dijual dengan harga Rp.39.000 (35cm). Jadi, untuk satu siklus kira-kira akan menghabiskan uang sejumlah >Rp.250.000. Harga yang sebenarnya masih cukup oke untuk jangka panjang (sekitar 5 tahun), tetapi kalau dibandingkan dengan harga 1 bungkus pembalut jadi terkesan jauh lebih mahal, apalagi jika dibeli dalam satu kali pembelian.

Sejujurnya, masalah harga memiliki pengaruh yang jauh lebih kecil dibandingkan poin nomor 1 dan 3. Betul, tidak?

3. Risih
Kira-kira beginilah pikiran yang terlintas saat membayangkan menggunakan menspad untuk pertama kalinya:

“Kalau pakai kain doang bakal nembus gak ya?”
“Kalau gak ada lem perekat diseluruh bagian dan cuman ada satu kancing doang bakal geser gak ya?”
“Kerasa ngeganjel gak ya?”
"Kalau nempel ke kain gitu geleh gak ya?"

Sebagai orang yang setiap menstruasi selalu "banjir" dan selalu pakai pembalut yang paling tipis (1mm), aku (awalnya sempat) menyimpulkan bahwa menstrual pad merupakan sesuatu yang big no banget. Di mata aku yang dulu, kayaknya menstrual pad ini saat dipakai akan terasa sangat tebal dan mudah bergeser.

“Lalu, kenapa tiba-tiba jadi beralih ke menstrual pad?”

Ada beberapa hal yang jauh lebih aku pikirkan dibanding pertimbangan yang aku jabarkan diatas. 

1. Sampah
Sampah pembalut yang dihasilkan oleh aku setiap kali menstruasi terhitung sangat banyak. Di cycle kemarin, aku menghasilkan lebih dari 10 sampah pembalut. Jika dikalikan 12 cycle, maka kira-kira aku sudah menghasilkan >120 sampah pembalut setiap tahunnya. Berarti selama ini aku sudah menghasilkan >1000 sampah pembalut. Jumlah yang sangat banyak sekali, bukan? Padahal sampah pembalut membutuhkan waktu sekitar puluhan hingga ratusan tahun untuk terurai. Kesimpulannya, >1000 pembalut yang aku gunakan sejak bertahun-tahun lalu sampai sekarang belum terurai sampahnya. Oh iya, jangan lupa juga dikalikan dengan jumlah perempuan produktif yang sangat banyak.

Selain masalah sampah yang menumpuk, aku juga sering tiba-tiba kepikiran "Gimana ya kalau petugas kebersihan atau orang yang kerja di TPA nemuin sampah pembalut?” ya walaupun sudah dicuci bersih dan dibungkus sebelum dibuang, tapi tetep aja gitu yaa rasanya kok agak gimana gitu?

2. Harga
Ya, balik lagi ke urusan uang. Saat ini, aku sudah punya 6 menstrual pad. Namun, sepertinya masih agak kurang untuk satu siklus. Jadi, mari kita beranggapan bahwa kita butuh 8 menstrual pad (4 day, 4 night). Dengan harga masing-masing* Rp.34.000 dan Rp.39.000, total yang dibutuhkan adalah Rp.292.000. Cukup mahal ya untuk pembalut? Tapi tenang, menstrual pad tersebut bisa digunakan dalam jangka waktu hingga 5 tahun jika dirawat dengan baik. Kalau dibandingkan dengan pengeluaran pembalut sekali pakai setiap bulannya, aku jamin, untuk siklus selama 5 tahun, menstrual pad jauh lebih menguntungkan.

Sejujurnya, aku gak begitu tertarik untuk beralih ke menstrual pad ketika mendapat penjabaran harga seperti diatas. Kenapa? Karena kalau kita membeli pembalut sekali pakai kan bisa dicicil ya, beli sebulan sekali misalkan. Sedangkan, untuk membeli menstrual pad (jika ingin langsung memakai menspad dalam 1 siklus) harus dibayar di awal, harus punya modal besar. Akhirnya, dengan segala pertimbangan, pada awal peralihan, aku hanya membeli 2 menstrual pad. Jadi, dalam satu siklus aku memakai menstrual pad dan pembalut sekali pakai selang-seling bergantian. Barulah setelah ada promo, aku beli 4 lagi hehehe.

3. Faktor X
Iya, ini dia faktor yang paling mempengaruhi aku untuk beralih ke menstrual pad. Sesuai namanya, X, aku gak tahu faktor ini datang dari mana, tiba-tiba terlintas begitu saja.

Dari dulu, aku sudah sering membaca blog atau menonton youtube tentang orang yang beralih ke menstrual pad atau menstrual cup. TAPII, yaudah aja gitu, hal tersebut masuk mata, masuk telinga, masuk otak sedikit, terus langsung keluar lagi. Istilah kasarnya hanya "numpang lewat." Sebenarnya terkadang kepikiran sih tentang sampahnya, tapi, tentu saja, ego diri sendiri jauh lebih kuat. Pikiran aku saat itu hanya “Mens aja udah gaenak vibesnya, gak usah cari hal ribet lain yang bikin tambah gak nyaman deh." Hehehe ada yang berpikiran hal yang sama kah?

Disinilah faktor X bermain. Dia jauh lebih berpengaruh dibanding blog dan video yang pernah aku lihat selama ini. Gak tahu kenapa, tiba-tiba pengen berubah lebih jauh. Tujuan dasar aku dalam melakukan LWL, yang sudah dibahas di blog sebelumnya, tiba-tiba memberi pengaruh yang jauh lebih kuat dan mendorong aku untuk menjadi orang yang lebih agak bermanfaat untuk lingkungan. Aku juga tiba-tiba merasa gak enak dan selalu kepikiran tentang quotes “alam sudah memberikan...”

 ➖➖

Ya, begitu lah cerita singkatnya. Akhirnya aku memutuskan untuk membeli menstrual pad. Alhamdulillah sejauh ini sudah berjalan 5 bulan* dan semuanya baik-baik saja. Aman, damai, sentosa. Jauh lebih baik dari hal-hal yang aku pertimbangkan sebelumnya di poin nomor 1 dan 3.

Oh iya, untuk jawaban poin pertimbangan nomer 1 dan 3, mengenai apakah nyaman, tembus, sulit mencucinya, dsb, akan aku bahas di blog selanjutnya. Nanti aku akan mereview menstrual pad BabyOz sambil cerita-cerita lagi hehehe.
  ➖➖
Notes:
*Harga diambil dari shopee BabyOz pada Januari 2021
*Blog ini diedit pada Januari 2021. Jadi, sudah terhitung 5 bulan dari pemakaian menstrual pad pertama pada bulan Agustus 2020. 

Oh iya, kalau mengurangi sampah pembalut terasa terlalu berat, ingat poin "Mulai dari 1 hal" yang pernah aku bahas sebelumnya ya! Mulai dari hal yang mudah terlebih dahulu dan bantu kurangi sampah lainnya.




Less Waste-Lifestyle

Disclaimer: Semua materi dibawah ini berasal dari Kak Nila Patty, Zero Waste Indonesia, dengan sedikit adaptasi dan modifikasi. Ditulis di blog hanya dalam rangka ingin berbagi dan sebagai catatan pribadi hehe

My Blog

Contact

Halo! Silahkan kirim pesan jika ada sesuatu yang ingin disampaikan. Dengan senang hati, tentunya, pasti akan saya lihat dan balas.

Email:

queenaneysa2@gmail.com